Para Nabi, sejak Nabi Adam as. sampai
Nabi dan Rosul terakhir yang diutus Allah swt kepada umat manusia, yakni
Nabi Muhammad saw, perilaku Nabi dan Rosul tersebut merupakan suri
tauladan yang mesti dijadikan panutan bagi setiap insan manusia.
Terlebih lagi bagi umat islam, kisah dan
perjalanan para Nabi dan Rosul yang diutus Allah swt ke muka bumi
merupakan ibroh (pelajaran) yang sangat penting untuk dijadikan pegangan
hidup, agar dalam menjalani kehidupan didunia ini, bisa selaras dengan
apa yang sudah Allah swt perintahkan. Baik ibroh dari segi kehidupan
para Nabi dan Rosul, maupun ibroh dari segi amaliyah peribadatannya
kepada Allah swt.
Meskipun dalam Al Qur’an disebutkan
bahwasanya suri tauladan yang sangat ditekankan oleh Allah untuk umat
islam contoh itu adalah kisah hidup Nabi Ibrohim as. dan Nabi Muhammad
saw, akan tetapi hal itu bukanlah menjadi penghalang dan alasan untuk
manusia tidak melihat bagaimana kisah hidup Nabi dan Rosul lainnya, agar
bisa kita ambil ibrohnya.
Salah satu Nabi yang patut kita jadikan
ibroh dan contoh untuk kita ikuti didalam menjalankan kehidupan yaitu
kisah hidup Nabi Yusuf as. Cerita hidup Nabi Yusuf as. yang paling
masyhur (terkenal) dan sering di ingat oleh khalayak umum biasanya kisah
dimana Nabi Yusuf as. digoda oleh Zulaikha, istrinya Raja Mesir bernama
Qithfir.
Tetapi, sebetulnya ada salah satu kisah
hidup Nabi Yusuf as. yang harusnya juga kita ambil ibroh, dan hal ini
seakan-akan dilupakan oleh umat islam. Kisah itu adalah ketika Nabi
Yusuf as. hendak dibuang dan di masukkan kedalam sumur oleh
saudara-saudaranya. Dan kisah ini, kemudian diabadikan oleh Allah swt
didalam Al Qur’an surat Yusuf (surat ke-12 di dalam Al Qur’an) ayat 7
sampai 19.
Kisah hidup Nabi Yusuf as. yang
seharusnya bisa dijadikan ibroh bagi kaum muslimin yaitu ketika Nabi
Yusuf as. akan dibuang dan bahkan diantara saudaranya ada yang berniat
untuk membunuhnya. Sebuah ibroh yang jika dilihat dari waqi’iyah
(kondisi) zaman dulu, sebetulnya sangat sesuai dengan realita sekarang
ini.
Saat ini, masyarakat dan khususnya umat
islam selalu disuguhi dengan “sebuah fakta” dari setiap kejadian yang
menimpa umat islam -dalam hal ini yaitu kasus terorisme-, akan tetapi
hakikatnya hal tersebut merupakan sebuah fakta yang direkayasa atau
dibuat-buat oleh kelompok tertentu yang tidak suka dengan islam.
Kisah tersebut dimulai ketika Nabi
Ya’qub as. melihat ada sesuatu yang beda dari diri anaknya yang bernama
Yusuf dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain. Perbedaan yang dilihat
Nabi Ya’qub as. yang merupakan putra dari Nabi Ishaq as. ini pada diri
Yusuf yaitu khususnya kebaikan akhlaq yang terpancar pada diri Yusuf.
Dari sesuatu yang beda itulah, kemudian menimbulkan rasa cinta dan
perlakuan yang istimewa Nabi Ya’qub as. kepada Yusuf.
Dengan perlakuan berbeda yang
ditunjukkan Nabi Ya’qub as. kepada Yusuf itulah, akhirnya menimbulkan
kecemburuan sosial dikalangan putra-putra Nabi Ya’qub lainnya.
Kecemburuan sosial yang dirasakan anak-anaknya Nabi Ya’qub kepada Yusuf
itu yang kemudian menciptakan niat jahat dan tipu daya atau makar
anak-anaknya Nabi Yaqub as. kepada Yusuf yang merupakan saudaranya
sendiri.
Akhirnya, mereka-pun bermusyawarah dan
bersepakat, bagaimana caranya untuk menyingkirkan Yusuf dari kehidupan
mereka, agar ayah mereka yakni Nabi Ya’qub as. kembali menyayangi
mereka, memberi harta pada mereka, dan memberikan perhatian manis yang
dulu pernah diberikan kepada mereka sebelum kehadiran Yusuf.
Diantara mereka (anak-anaknya Nabi
Ya’qub as.), kemudian ada yang usul agar Yusuf dibunuh saja, akan tetapi
ada pula diantara mereka yang tidak setuju dengan usul tersebut, dan
lebih memilih untuk membuang Yusuf ketempat yang jauh yang tujuan
utamanya yakni menghindarkan Yusuf dari kehiduoan mereka dan ayah
mereka, yakni Nabi Ya’qub as.
Berjalannya waktu, mereka-pun akhirnya
dengan mantab dan sesegera mungkin menjalankan “misi dan niat jahatnya”
untuk membuang Yusuf. Ketika itu, mereka punya ide atau rencana untuk
mengajak Yusuf bermain-main menggembala kambing. Setelah berhasil
membujuk Yusuf, mereka lalu meminta ijin kepada Nabi Ya’qub as. untuk
mengajak Yusuf bermain dengan mereka.
Meski dalam diri Nabi Ya’qub as. waktu
itu ada perasaan khawatir, tapi karena cerdiknya rekayasa dan bujuk rayu
anak-anaknya yang meyakinkan itu, akhirnya Nabi Ya’qub as. mengijinkan
anak-anaknya untuk mengajak Yusuf bermain bersama mereka.
“Itupun hasil rekayasa pula dia
(saudara-saudaranya Yusuf-red) kepada ayahnya, meminta ijin untuk
bermain menggembalakan kambing-kambingnya, mengajak Yusuf yang masih
kecil saat itu. Tentu, orang tuanya juga khawatir, awalnya tidak
mengijinkan. Tetapi rekayasa mereka (saudara-saudaranya Yusuf-red),
dengan mengatakan kami akan menjaga mati-matian, masak kami sepuluh
orang tidak berani kalau mengahadapi binatang buas, itu rekayasa yang
mereka buat”, setelah anak-anak Nabi Yaqub as. lainnya berhasil membujuk
Yusuf dan meminta ijin kepada Nabi Ya’qub as. untuk mengajak Yusuf
bermain, mereka lantas mengerjakan niat jahatnya untuk mencelakai Yusuf
dengan cara memasukkannya kedalam sumur.
“Dan sesudah dicemplungkan
(dimasukkan-red) kedalam sumur, lalu dia menyembelih binatang, bajunya
Yusuf itu diolesi dengan bidamin kadzib kalau Al Qur’an menyebutkan,
dengan darah palsu, darah binatang. Untuk apa hal itu, untuk merekayasa,
sebagai fakta, jadi fakta itu bisa dibuat”.
“Mereka datang membawa baju gamisnya
(yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya dirimu
sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka
kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan”.
Makar mereka tidak cukup hanya disitu
saja, setelah “sukses” mencelakai Yusuf, mereka-pun harus memutar otak
agar ayah mereka (Nabi Ya’qub as.) tidak menyalahkan mereka atas
kejahatan yang barusan mereka perbuat. Akhirnya mereka membuat tipu daya
lainnya dengan mengatakan bahwa Yusuf telah tewas dimakan binatang buas
“Sebagai fakta yang nantinya ditunjukkan
kepada ayahnya, bahwa Yusuf benar-benar telah dimakan binatang buas.
Lalu dibuatlah, fakta itu, fakta palsu”..
Agar sandiwara mereka seolah-olah itu
betul dan benar adanya, kemudian dibumbui-lah kisah tersebut dengan
datangnya mereka kepada Nabi Ya’qub as. sambil menangis tersedu-sedu dan
dengan membawa baju gamis Yusuf yang sudah dilumuri darah palsu dari
binatang yang mereka sembelih.
“Dengan pulang dalam keadaan menangis
kepada ayahnya, minta maaf. Kalau Yusuf itu menjadi makanan serigala,
ini bajunya berdarah-darah. Ketika kami sedang menggembalakan, lalu dia
diterkam, ini bekas bajunya berdarah-darah”, jelasnya.
Akan tetapi sebagai utusan Allah, Nabi
Ya’qub as. lantas tidak percaya begitu saja dengan apa yang diceritakan
anak-anaknya tersebut. Nabi Ya’qub as. tetap menaruh curiga kepada
putra-putranya itu, atas “tragedi” yang telah menimpa anak kesayangan
Nabi Ya’qub yakni Yusuf.
“Orang tuanya, tentu karena ayahnya itu
Nabi, nggak mungkin percaya begitu saja kepada fakta yang dibuat-buat,
fakta buatan. Yah, akhirnya Nabi Ya’qub berkata; ‘aku akan bersabar
dengan musibah ini. Karena dia (Nabi Ya’qub-red) yakin, wamakaruu
wamakarallah wallahu khoirul maakiriin..”.
Dari kisah ini tentunya bisa kita ambil
ibroh (pelajaran), bahwasanya setiap berita yang datang kepada kita,
khususnya bagi umat islam, berita tersebut harus kita filter dan seleksi
betul sebelum kita mempercayainya dan kita sebarkan. Sebab, apa yang
kita ucapkan itu tentunya akan ada efeknya dikemudian hari, baik kepada
diri kita maupun pada orang yang bersangkutan.
Kemudian, ibroh kedua yang bisa kita
ambil dari kisah Nabi Yusuf as. tersebut dan yang menjadi penekanan dari
kisah itu adalah, setiap peristiwa atau kejadian yang pada hakikatnya
merupakan sebuah kejadian yang benar-benar terjadi, belum tentu alur
cerita atau kronologi dari kejadian tersebut itu betul-betul sesuai
dengan fakta yang terjadi di TKP (Tempat Kejadian Perkara).
Sebab, sebagaimana kisah Nabi Yusuf as.
seperti diatas, ternyata sebuah kejadian yang sudah terjadi, faktanya
bisa saja di buat-buat dan di dramatisir. Bisa saja hal ini bertujuan
untuk menutup-nutupi kejadian yang sesungguhnya telah terjadi, atau ada
makar atau rencana jahat lainnya yang hendak dijalankan.
Faktanya dalam kisah yang menimpa Nabi
Yusuf as. itu, beliau telah dicelakai oleh saudara-saudaranya dengan
cara menceburkannya kedalam sumur. Tapi kisah dan “fakta” yang
dibeberkan kepada Nabi Yaqub as. itu bahwa Yusuf telah dimakan binatang
buas dan bukti dari hal itu yakni baju gamis Yusuf berlumuran darah,
meskipun darah tersebut adalah darah binatang, jadi ini sisi Rekayasa
atau Dramatisasinya.
Maka, kaum muslimin harus selalu waspada
dengan setiap kejadian yang sedang menimpa kaum muslimin, dalam hal ini
mungkin saja dalam kasus “terorisme” dan juga kabar yang disajikan oleh
orang-orang kafir. Sebab, orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti
untuk membuat makar kepada kaum muslimin.
“Makar itu ada dua, makarnya manusia dan
makarnya Allah. Makarnya manusia itu mesti jahat, tetapi makarnya Allah
adalah untuk menumpas kejahatan itu dan berujung dengan kebaikan bagi
manusia”.
Sedang hangat hangatnya, kita disuguhkan
sebuah peristiwa Bom Boston, semua media asing maupun medialokal
sebagai Followernya di Indonesia memberitakan kisah Bom Boston seirama
dengan nyanyian dan dongeng yang dihembuskan oleh media Amerika. Lagi
lagi umat Islam tertuduh…
Benarkah kisah yang terjadi sesuai
dengan alur cerita yang dihembuskan AS, 2 buah bom meledak dan pada
akhirnya mereka menjadi pahlawan karena berhasil meringkus pelakunya
dalam waktu cepat, dan pelakunya adalah 2 anak muda , anehnya mereka
tidak tertawan dan bisa bicara, ke 2 tersangka tersebut salah satunya
tewas terbunuh karena terlindas oleh mobil yang dikemudikan oleh adiknya
sendiri, dan yang adiknya tidak bisa bicara karena tenggorokannya di
tembak sendiri oleh yang bersangkutan? suatu alasan yang aneh. dan
mereka berdua dikaitkan dengan militan Chechnya , yang mereka sebut
juga militas Islam itu adalah jaringan Teroris, padahal negeri Chechnya
ingin memerdekakan dari kekuasaan Rusia yang kafir, pejuang negara yang
dijajah disebut oleh mereka sebagai teroris militan islam…suatu yang
tidak masuk di akal, pejuang kemerdekaan disebut sebagai penjahat.
Amerika adalah suatu negeri yang sudah
berulang kali mendustai umat islam dan merekayasa opini masyarakat
dunia. Tak bisa lagi menyebut satu persatu tragedi yang telah
direkayasa , karena sudah terlalu banyak mereka lakukan makar terhadap
umat Islam.
Berdasarkan Kisah Yusuf AS, masih
percayakah anda terhadap cerita dan berita yang berasal dari Amerika dan
serdadu medianya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar